Narkoba atau Narkotika dan Obat-obatan Berbahaya, memang merupakan suatu duduk perkara yang cukup besar dan pelik di setiap negara, beragam kebijakan dan juga Undang-undang yang di terapkan terhadap kejahatan Narkotika di setiap Negara berbeda-beda.
Namun di Filipina kejahatan Narkoba akan menerima ganjaran yang sangat berat, tidak tanggung-tanggung tembak di daerah terhadap pengedar dan juga bandar sering di lakukan di Filipina.
Wajar saja sebab Filipina selama ini dikenal sebagai daerah persinggahan dari sindikat penjualan narkoba terbesar di Asia Tenggara. Dan Angka penjualan narkoba di Filipina diperkirakan mencapai USD 8 miliar atau setara Rp 104,9 triliun.
Presiden Rodrigo Duterte, Image via global.liputan6.com
Adalah Presiden Filipina Rodrigo Duterte yang menerapkan kebijakan perang terhadap Narkoba, dalam sebulan terakhir semenjak beliau berkuasa setidaknya sudah 400 orang pengedar narkoba meregang nyawa.
Dalam suatu pidatonya pada Jumat (5/8/2016), Duterte menegaskan wacana kebijakannya untuk tembak di daerah terhadap pelaku kejahatan Narkotika, dan hal itu berlaku untuk semua kalangan termasuk para politisi.
"Saya akan benar-benar membunuh mereka. Lihatlah apa yang telah kalian lakukan terhadap Filipina dan kalian ingin saya memaafkan anda?", kata Duterte setelah beliau membesuk seorang polisi di Davao yang ditembak oleh tersangka pengedar narkoba.
"Perintah saya ialah tembak di daerah dan juga untuk membunuh kalian semua. Saya tak peduli soal hak asasi insan dan kalian seharusnya percaya akan hal itu," lanjut Duterte.
"Kalau Anda dikala ini terlibat narkoba, maaf saja, Saya harus meminta maaf kepada keluarga Anda sebab Anda akan segera dibunuh," kata Duterte.
Namun bukan itu saja, presiden yang resmi menjabat pada 30 Juni itu juga kemudian mengajak warga sipil untuk membunuh para bandar dan pengedar obat-obat terlarang dan akan menjanjikan memberi imbalan sejumlah uang.
"Kalau mereka ada di sekitar kalian silakan hubungi kami, polisi atau lakukan sendiri kalau kalian punya senjata. Saya selalu dukung kalian," kata Duterte di depan kerumunan massa bulan lalu, ibarat dilansir dari koran the Straits Times.
Mayat pengedar Narkoba - image via merdeka.com
Dan sementara itu sekitar 1.490 orang lainnya tewas di tangan kelompok masyarakat yang di beri wewenang untuk menembak di daerah terhadap pengedar Narkotika.
Selain telah menewaskan ribuan orang pelaku kejahatan Narkoba, Filipina juga telah menangkap sekitar 16 ribu yang di duga sebagai Bandar dan juga pengedar Narkoba.
Dan tidak hanya itu saja, ternyata kebijakan ini membuat ciut nyali para pelaku Kejahatan Narkotika, dan setidaknya sekitar 700 ribu pelaku Narkoba telah menyerahkan diri, sebab takut di tembak mati.
"Operasi kepolisian ini terbilang sukses," sebut Pejabat Komunikasi Kepresidenan Filipina, yaitu Martin Andanar.
Andanar juga menambahkan, meski memuji wacana putusan tembak langsung, kebijakan ini sesungguhnya juga turut menjadi perhatian mereka.
Kekhawatiran tersebut terletak pada kemungkinan kebijakan tersebut nanti disalahgunakan oleh beberapa kelompok atau pelaku kriminal yang lain.
"Jika pembunuhan dilakukan dikala perang antar gang, ini pasti akan menyebabkan kecemasan. Bila itu terjadi, maka payung hukum harus terus diterapkan," katanya.
Beberapa waktu terakhir Presiden Duterte terus diserang oleh dunia internasional terkait kebijakannya yang sangat kontroversial tersebut.
Namun Duterte ibarat menutup pendengaran terhadap kecaman dan juga kritik yang di lontarkan dunia international.
Bahkan Duterte juga menyatakan bahwa beliau siap mempertimbangkan untuk melaksanakan kembali hukuman mati bagi bandar dan juga pengedar narkotika di Filipina.
"Kami memang sudah tidak ada hukuman mati disini, sekarang siapa yang akan menerapkan hukuman mati tersebut? Orangnya ialah Duterte," Ujar Presiden Filipina tersebut.
Aksi Tembak di Tempat
Aksi tembak di daerah tanpa pengadilan terus saja menyebabkan banyak nyawa bergelimpangan.
Bahkan sejumlah foto yang banyak beredar di Internet dan juga media massa memperlihatkan banyak para pangedar Narkoba tewas di bunuh dengan cara yang sangat brutal.
Biasanya jasad dari seorang pengedar yang di tembak mati di Manila memperlihatkan ciri yaitu, seluruh kepalanya di balut dengan plester atau lakban dan di adegan dada jenazah di letakan kardus yang bertuliskan "saya pengedar".
mayat pengedar narkoba di kota Pasay - image via photo.liputan6.com
Bahkan pengacara pemerintah menyerukan semoga abdnegara lebih banyak lagi membunuh para pengedar Narkotika, dan hal tersebut banyak menerima kritikan terhadap cara brutal yang dilakukan oleh Presiden.
Pengacara pemerintah bahkan menyerukan semoga abdnegara lebih banyak lagi membunuh para pengedar narkoba. Namun kalangan pembela hak asasi dan anggota dewan perwakilan rakyat menyesalkan cara brutal Duterte dalam memerangi narkoba.
Menurut Pengacara pemerintah Jose Calida dikala menggelar jumpa pers, beliau menanggapi kritik dari banyak kalangan yang tidak oke dengan cara Duterte dalam membasmi narkoba.
evakuasi jenazah pengedar narkoba di kota pasay oleh polisi
Dan Dia sangat mendukung tindakan tegas abdnegara untuk membunuh para bandar narkoba di mana pun mereka berada.
"Bagi saya angka tersebut belumlah cukup. Berapa banyak pecandu narkoba atau pengedar yang ada di Filipina? Seluruh desa di negeri ini hampir seluruhnya dipenuhi narkoba," kata dia.
Peranan Pembunuh Bayaran
Ternyata saking gencarnya pemerintah Filipina dalam memerangi Narkoba, tidak hanya polisi saja yang di libatkan untuk menjadi eksekutor mati bagi para pelaku kejahatan Narkotika, peran pembunuh bayaran pun di gunakan pemerintah Filipina untuk membasmi para pecandu dan juga bandar Narkoba.
Maria - image via bbc.com
Seperti di Lansir BBC Indonesia, berikut ini ialah akreditasi dari seorang pembunuh bayaran Wanita yang di sewa pemerintah untuk menghabisi para pengedar dan juga bandar Narkoba.
Sebut saja Maria, bukan nama sebenarnya, Wanita ini di sewa oleh pemerintah untuk membunuh sebagai adegan dari sangsi pemerintah dalam perang melawan narkoba.
Maria merupakan adegan dari sebuah tim pemburu yang terdiri dari 3 orang wanita, dan para wanita ini mendekati korban mereka dengan tanpa menyebabkan kecurigaan terhadap para bandar Narkoba.
Sejak terpilihnya Presiden Duterte, setidaknya Maria telah berhasil membunuh 5 orang pengedar Narkoba, dan kesemuanya di tembak oleh Maria di adegan kepala.
Dalam wawancara dengan BBC Maria di tanya :
"Siapa yang memperlihatkan perintah kepada anda untuk melaksanakan pembunuhan, "Bos saya, beliau seorang perwira Polisi,", jawab Maria
Perang melawan Narkoba di Filipina ternyata juga memberinya lebih banyak pekerjaan, ternyata Suami Maria juga berprofesi sebagai seorang Pembunuh bayaran yang di sewa untuk membunuh bandar Narkoba.
mayat pengedar narkoba di tangisi keluarga, image via internasional.republika.co.id
Namun pekerjaan sebagai pembunuh bayaran sangat berat resikonya, sebab harus berhadapan dengan mafia, geng dan juga jaringan yang terorganisir.
"Suami saya diperintahkan untuk membunuh seseorang yang tidak membayar utangnya sekaligus sebagai pengedar Narkoba."
Ini menjadi sebuah peran rutin bagi suaminya hingga terjadi situasi yang lebih menantang.
"Suatu waktu mereka membutuhkan seorang perempuan, suami saya memberi jalan kepada saya untuk melaksanakan pekerjaan ini. Ketika saya melihat orang yang seharusnya saya bunuh, saya mendekati beliau dan kemudian saya menembaknya."
Maria dan juga Suaminya berasal dari lingkungan miskin di kota Manila, mereka tidak memiliki penghasilan tetap sebelum karenanya menyetujui untuk menjadi pembunuh bayaran.
Mereka dikala ini berpenghasilan 20.000 Peso Filipina atau sekitar 5,7 Juta Rupiah untuk sekali membunuh, selanjutnya uang tersebut di bagi dengan 3 atau 4 orang di tim nya.
Kontrak untuk menjadi pembunuh bayaran memang bukan hal yang gres di Filipina, Presiden Duterte telah mengirimkan sebuah pesan yang terang pada dikala menjelang pemilihannya menjadi presiden, beliau berjanji akan membunuh 100.000 pelaku kriminal dalam 6 bulan di masa pemerintahannya.
Dan terutama sekali beliau memperingatkan kepada para pengedar narkoba:"Jangan menghancurkan negara kami sebab saya akan membunuh Anda."
Maria sesungguhnya juga menyesal terhadap pilihannya menjadi seorang pembunuh bayaran.
"Saya merasa amat bersalah dan itu sangat membuat saya gelisah, saya tidak ingin keluarga dari orang yang saya bunuh kemudian mendatangi saya."
Maria juga khawatir mengenai apa yang di pikirkan oleh anaknya.
"Saya tidak ingin anak saya datang kepada kami dan berkata bahwa mereka dapat hidup sebab membunuh demi uang".
"Anak laki-laki saya yang tertua bahkan sudah mulai bertanya, bagaimana beliau dan suaminya mampu mendapat begitu banyak uang".
Menurut Maria beliau dan juga suaminya harus terus membunuh untuk memenuhi kontrak yang telah beliau tanda-tangani, beliau ingin semoga tindakan yang beliau lakukan merupakan tindakan terakhirnya.
Namun Bosnya telah mengancam bahwa siapa pun yang keluar dari tim akan di bunuh olehnya. Maria merasa terjebak.
Maria merasa banyak melaksanakan dosa, dan meminta kepada pasturnya untuk memperlihatkan pengampunan dalam akreditasi dosa di gereja, namun beliau tidak berani mengatakan kepadanya dosa apa yang telah beliau lakukan selama ini.